Jakarta-WN,
Baru belasan hari bekerja, Kabinet Kerja pimpinan Presiden Joko Widodo sudah
melahirkan kontroversi. Anggota Komisi III DPR, Bambang Soesatyo
mengatakan, aspek pembiayaan Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia
Pintar (KIP), dan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) kini sudah menjadi
kontroversi.
Menurutnya,
hal itu memprihatinkan karena memperlihatkan kabinet yang belum
terkonsolidasikan dengan baik dan efektif.
"Kabinet
yang belum terkonsolidasi itu bisa dilihat dari kesimpangsiuran serta tidak
adanya keseragaman penjelasan mengenai sumber pembiayaan KIP, KIS dan KKS.
Presiden dan para menteri memberikan penjelasan yang berbeda-beda," kata
Bambang kepada Tribunnews.com, Minggu (9/11/2014).
Sekretaris
Fraksi Partai Golkar DPR itu mengatakan, tidak adanya keseragaman itu menambah
bobot kontroversi tentang pembiayaan tiga kartu sakti itu. Kini, publik
bertanya dan menunggu penjelasan yang benar dan bisa dipertanggungjawabkan.
Menteri
Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, Wapres
Jusuf Kalla dan Presiden Joko Widodo
menyajikan penjelasan yang tidak seragam mengenai sumber pembiayaan KIP, KIS
dan KKS.
Pratikno
Mengatakan bahwa pencetakan tiga kartu itu dibiaya dengan dana CSR BUMN. Mensos
Khofifah menuturkan, sumber pendanaan ketiga kartu itu adalah dana bantuan
sosial yang masuk dalam APBN.
Sedangkan
Presiden Jokowi dan Wapres Kalla menegaskan, sumber pendanaan KIS, KIP dan KKS
berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2014.
Partai pendukung pemerintah, PDI-P, pun coba memberi kepastian bahwa anggaran
itu dari APBN 2014. Bukan APBN-P 2014.
"Publik
pun kini bertanya, penjelasan siapa yang paling benar dan bisa
dipertanggungjawabkan? Keinginan presiden utk bekerja cepat patut diapresiasi,
tetapi realiasi setiap program idealnya dipersiapkan dengan matang," kata
Bambang.
Dirinya
menyarankan, untuk mengakhiri kesimpangsiuran itu, presiden sebaiknya menggelar
rapat terbatas dengan para menteri terkait, mendudukan persoalan secara
proporsional untuk kemudian memberi penjelasan terbuka kepada masyarakat.
"Jangan
sampai perjalanan panjang Kabinet Kerja ini sarat dengan kontroversi dan lebih
buruk dari era SBY," kata Bambang. (TRIBUNNEWS.COM)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar